Metode Sistem Grounding

Pembuatan Grounding dengan Sistem Pasak tunggal.

Pembuatan grounding dengan sistem pasak tunggal dengan cara menancapkan material grounding secara tegak lurus dengan kedalaman 6 meter. Untuk bahan yang dipakai bisa menggunakan As Tembaga, As Besi berlapis bahan tahan karat (yang umum digunakan adalah as besi yang berlapis tembaga), Pipa Galvanise yang kemudian dimasuki kabel BC.

Model tanah yang cocok adalah daerah yang bersedimen tanah liat dan endapan lumpur seperti dataran rendah dan lahan persawahan. Untuk tanah yang seperti ini akan lebih mudah didapatkan hasil nilai resistansi dibawah 5 ohm.

Pembuatan Grounding dengan Sistem Paralel.

Pembuatan grounding paralel biasanya digunakan pada kondisi lahan bebatuan keras dan lahan berkapur merupakan daerah yang sangat susah untuk mendapatkan nilai resistansi dibawah 5 Ohm.

Metode pembuatan grounding ini sama dengan pembuatan grounding pasak tunggal yaitu dengan cara menancapkan material secara tegak lurus dengan kedalaman 6 meter, setelah material tertanam seluruhnya lalu di ukur dengan menggunakan alat Earth tester. Jika belum mendapatkan nilai dibawah 5 ohm (misalkan masih 29 ohm), maka akan di lakukan tancapan material yang berikutnya dengan kedalaman yang sama.

Kemudian antar titik grounding tadi di kopel / dihubungkan menjadi satu dengan menggunkan kabel BC ( kabel Tembaga tanpa lapisan plastik) kemudian diukur menggunakan Earth Tester untuk mengetahui nilai resistansinya.

Apabila setelah di lakukan pengukuran dengan Earth Tester nilai resitansinya masih belum mendapatkan hasil yang dinginkan, maka di lakukan penancapan material pada titik berikutnya dengan kedalaman yang sama. Bila belum mendapatkan hasil yang sesuai (dibawah 5 ohm), maka dilakukan penancapan material yang ke berikutnya, dan seterusnya sampai mendapatkan hasil yang sesuai (dibawah 5 Ohm).